Di pagi yang cerah, burung-burung berkicau dengan ramainya. Di sebuah ruang kelas SMA KALANG KABUT, ada seorang anak gendut sedang menikmati sarapannya, hingga dating beberapa temannya.
“ woi mad, makan ja kerjaanmu!!!!” Likin mengagetkan Somad yang sedang asyik makan.
“ Sialan loe, gak bisa lihat orang senang” timpal Somad
“ hahaha…kalian selalu aja ngeributin hal-hal yang gak penting. Buang-buang waktu aja.” Boim menengahi.
“ dia duluan yang mulai sih, orang lagi asik-asik makan, malah diganggu.”
“ yee.. salah sendiri kerjaannya makan mulu. Pagi, siang , sore, malam makan mulu, kayak hidup loe hanya buat makan.” Likin membela diri.
Begitu sepenggal cuplikan kehidupan 3 orang sahabat yang penuh kekonyolan. Likin, Boim, dan Somad. Likin yang jahil, otaknya penuh dengan ide-ide jail yang siap disasarkan ke teman-temannya. Boim yang nyentrik, cowok yang demen kali sama musik dangdut. Mottonya “Dangdut is the music of my country.” Somad yang identik dengan perut gembulnya, yang kerjaannya hanya makan, makan, dan makan. Di mana ada somad di situ ada makanan.
Persahabatan yang sangat erat dan lekat dengan kekonyolan yang tergulir dari setiap personilnya. Sampai suatu ketika, kehadiran seorang siswi baru yang m,enggundang perhatian mereka. Siswi yang cantik itu telah berhasil mencuri hati ketiga cowok itu.
“gila cakep banget tu cewek….”Likin terpesona
“mana…mana?”Tanya Boim
“itu loh yang didepan kelas X6” jawab Likin
“oh iya cakep banget” kata Somad
“yang ini musti jadi milik gue!” gumam Boim.
“eh…eh gak bisa. Kan gue yang liat duluan.” Sergah Likin.
“ ah..kalian ini sok tau, dia tuh pasti demennya sama cowok imut kayak gue.” Somad memuji diri sendiri.
“ what did you say? Imut? Get up bro, stop dreaming!” ujar Boim.
“ ah….pokoknya itu buat gue.” Putus Likin.
“ enak aja, gue juga mau.” Bantah Somad.
“ gak bias.” Likin tetap pada pendiriannya.
“ udah….udah. gni aja, berhubung kita semua pada minat sama tu cewek. Mari kita bersaing secara sportif. Kita gunakan cara-cara yang gak ngerugiin yang lainnya, gimana? Boim memberikan usul yang brilian.
“ boleh juga, gue setuju.” Somad mengamini.
“ ya, gue juga setuju. Tapi perlu ditambahi lagi, gak boleh ada yang saling ketemu selama proses kompetisi ini. Dan yang kalah wajib nraktir yang menang sampai puas. Sepakat?
“ sepakat…..” sahut Boim dan Somad bersamaan.
Singkat cerita, mereka saling berlomba-lomba untuk mendapatkan hati Acha, nama cewek itu. Berbagai cara mereka lakukan untuk memenangkan kompetisi ini. Likin, misalnya. Sampai beli baju baru untuk memperbaiki penamplannya yang biasanya kucel dan gak karuan. Dan ternyata tampangnya tak jelek-jelek amat jika berpenampilan rapi. Tapi, untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak. Boro-boro dapat lebih dekat dengan Acha, dia malah harus menghadapi kakak cowok Acaha yang over protective.
Memang Acha mempunya seorang kakak cowok yang super galak bernama Dava. Dava menjadi begiti over protective sejak kematian orangtuanya. Dia berjanji untuk menjaga Acha sebak-baiknya. Maka, yang timbul, Dava menjad cenderung mengkekang Acha dalam bergaul. Sehingga Acha sering dikucilkan oleh teman-temannya.
Begitulah nasib Likin. Lain lagi dengan Boim. Begitu tahu bahwa Acha sangat benci musik dangdut, musik kesukaannya. Dia rela meninggalkan hobnya itu, untuk tampil perfect dihadapan Acha. Tapi pengorbanan itu sia-sia karena Dava, usaha Boim mentok.
Somad tak jauh beda. Dia rela berdiet ria untuk mendapatkan penampilan yang menrk. Dia rela meninggalkan coklat kesukaannya demmi Acah. Tapi juga sial yang didapatnya. Dia malah harus lomba lari dengan Dava sampai hamper pingsan kelelahan.
Sia-sia sudah semua usah ketiga cowok itu. Tapi mereka gengsi untuk mengakui kekalahan mereka. Alhasil, acara saling tak bertemu terus berlanjut. Tap ternyata permasalahan belum berhenti disini. Timbul perasaan rindu di hati mereka. Tapi rasa gengsi mengalahkannya. Mereka memlih pergi ke suatu tempat untuk menenangkan diri. Tap, ternyata………
“ Loh kalian kok ada disini?” ujat Likin terkejut.
“ Hahahaha…. Selamat datang bro..” sambut Boim.
“ Kita gagal, tapi karna gengsi kita gak mau ketemu, maka kesini aja deh, maksudnya mo nenangn diri. Eh, gak nyangka Bom juga ada disini.” Somad menerangkan.
“ oh…jadi gitu.” Ujar Likin sambil mengangguk-angguk.
“ pasti loe gagal juga kan.”
“ enak aja, nggak lagi, nggak salah maksudnya, hahaha.” Jawab lkin sambil tertawa.
“ ternyata memang nasib kita gak bagus ya?” gumam sonad.
“ nevermind lah, kan kita tetep jadi sahabat, ya kan”Tanya bom.
“ betullllllllllllll”sahut likin dan somad bersamaan.
Begitulah akhir kisah ini…………
Nb: membaca kisah ini dijamin terserang penyakit mual, pusing dlll, karana saking jeleknya………..
0 komentar:
Posting Komentar